Tradisinews.com – KAI kembali berduka pada selasa sore yang tenang, 8 April 2025, langit Gresik diselimuti mendung tipis. Tak ada yang menyangka bahwa hari itu akan menjadi catatan kelam dalam perjalanan Kereta Api Indonesia. Tepat di perlintasan sebidang antara Stasiun Indro dan Kandangan, sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawa seorang asisten masinis yang dikenal gigih dan penuh dedikasi: Abdillah Ramdan.
Detik-Detik Kecelakaan yang Mengguncang
Kereta Api Commuter Line Jenggala 470 sedang melaju dari arah Indro menuju Sidoarjo. Di jalur yang tampak sepi, tiba-tiba sebuah truk kontainer bermuatan kayu melintas tanpa memperhatikan sinyal peringatan. Dalam hitungan detik, tabrakan tak terelakkan. Benturan keras menghantam bagian depan lokomotif, menjepit kabin masinis.
Di dalamnya, Abdillah Ramdan, sang asisten masinis, tak sempat menyelamatkan diri. Ia meninggal dunia di tempat, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan rekan-rekan kerja di PT KAI.
Abdillah Ramdan: Tak Sekadar Asisten Masinis
Lahir dan besar di Mojokerto, Abdillah bukan hanya sekadar pegawai kereta api. Ia adalah simbol dedikasi, pekerja keras yang selalu tiba lebih awal dan pulang paling akhir. Dalam kesehariannya, ia dikenal murah senyum dan ringan tangan, tak sungkan membantu rekannya bahkan di luar tugas resmi.
Seorang teman kerjanya menyebut Abdillah sebagai “pahlawan di balik lokomotif”. Meski tak pernah berada di sorotan, ia memegang peran vital dalam menjaga keselamatan ribuan penumpang setiap harinya. Kepergiannya tak hanya menyisakan duka, tapi juga pelajaran berharga tentang pengabdian yang sering tak terlihat.

Perlintasan Sebidang: Ancaman yang Belum Usai
Kecelakaan yang menimpa Abdillah bukan yang pertama. Perlintasan sebidang di Indonesia telah lama menjadi titik rawan kecelakaan. Data KAI menunjukkan bahwa 70% kecelakaan kereta melibatkan perlintasan sebidang dengan kendaraan bermotor.
Ironisnya, sebagian besar kecelakaan terjadi bukan karena kegagalan sistem, melainkan kelalaian manusia. Pengemudi truk dalam kejadian ini diketahui menerobos perlintasan meski sinyal sudah menyala. Satu keputusan ceroboh, satu nyawa melayang.
Tindakan Tegas dari PT KAI
PT KAI Daop 8 Surabaya mengonfirmasi akan menempuh jalur hukum. Mereka menilai tindakan pengemudi truk sebagai pelanggaran berat yang menyebabkan kematian. Langkah ini bukan semata bentuk keadilan untuk korban, tapi juga peringatan keras bagi para pengguna jalan yang abai terhadap keselamatan bersama.
Luqman Arif, Manager Humas PT KAI Daop 8, menyatakan, “Kami kehilangan salah satu awak terbaik kami. Kami tidak akan tinggal diam. Ini bukan hanya soal siapa yang salah, tapi tentang bagaimana kita mencegah tragedi serupa terulang.”
Kesadaran Kolektif: Kunci Pencegahan
Kematian Abdillah Ramdan seharusnya menjadi alarm yang membangunkan kesadaran kita bersama. Perlintasan sebidang bukan hanya tanggung jawab PT KAI, tapi juga masyarakat yang melintasinya setiap hari.

Pemerintah telah berupaya membangun palang otomatis, sinyal suara, hingga kampanye keselamatan. Namun, semua itu tak berarti tanpa kepatuhan pengguna jalan. Hanya dibutuhkan satu detik untuk memutuskan berhenti, tapi bisa menyelamatkan nyawa banyak orang.
Penutup: Warisan dari Balik Lokomotif
Abdillah Ramdan mungkin telah tiada, namun semangat dan dedikasinya hidup dalam setiap perjalanan kereta yang melintas di rel-rel Indonesia. Ia bukan hanya korban kecelakaan — ia adalah simbol dari ribuan pekerja transportasi yang mengutamakan keselamatan penumpang di atas segalanya.
Kini, tanggung jawab itu berpindah ke pundak kita semua — untuk lebih sadar, lebih peduli, dan lebih disiplin di jalan raya. Sebab keselamatan bukan hanya tugas satu pihak, tapi komitmen bersama.