Tradisinews.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi menyatakan bahwa perang di Gaza telah berakhir, usai mediasi gencatan senjata dan rencana perdamaian yang dia dorong. Namun, klaim ini memicu debat: apakah ini realita di lapangan, atau langkah diplomatik strategis untuk membentuk narasi perdamaian?
Menurut sejumlah laporan internasional, Trump menyampaikan bahwa konfliknya telah usai ketika ia dalam perjalanan ke Israel, seiring rencana pertukaran tahanan berlangsung dan pihak-pihak telah menyetujui gencatan senjata yang diinisiasi oleh mediatori regional.
Apa yang Trump Katakan?
Dalam pernyataan singkat di atas Air Force One, Trump menegaskan: “The war is over, you understand that.” Ia optimis bahwa gencatan senjata yang dia fasilitasi akan bertahan dan membuka jalan menuju “normalisasi” di kawasan tersebut.
Trump juga menyebut bahwa rencana perdamaian 20 poin yang diusulkannya bisa menjadi pencapaian terbesar dalam proses perdamaian Gaza/Israel.
Latar Belakang Perundingan & Proses Gencatan Senjata

Klaim bahwa perang telah usai muncul setelah Israel dan Hamas menyetujui fase pertama sebuah perjanjian gencatan senjata — bagian dari rencana perdamaian yang difasilitasi oleh AS, Qatar, Mesir, dan Turki.
Dijadwalkan akan terjadi pertukaran tahanan: Hamas akan melepas sejumlah sandera Israel, dan Israel akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina.
Salah satu tokoh Hamas-pengasingan menyebut bahwa mereka mendapatkan jaminan dari mediator bahwa perang telah “secara permanen berakhir.”
Realita di Lapangan: Kenyataan Kontras dengan Klaim
Meskipun pernyataan Trump menyebut perang telah berakhir, realitas di lapangan masih jauh dari ideal. Beberapa hal tetap menjadi tantangan:
- Operasi militer belum sepenuhnya berhenti. Meski ada gencatan senjata, laporan menyebut masih ada serangan sporadis dan operasi terbatas.
- Penduduk Gaza mulai kembali ke wilayah yang hancur, namun banyak infrastruktur yang rusak parah dan tantangan layanan dasar masih besar.
- Proses implementasi perjanjian sangat kompleks, termasuk demiliterisasi Hamas, penarikan pasukan, keamanan kawasan, serta pemerintahan transisi.
Analisis independen menyebut bahwa “akhir perang” lebih bersifat deklaratif — klaim politis atas kesepakatan awal — ketimbang indikasi bahwa semua fase konflik berakhir sepenuhnya.
Motivasi Politik & Strategi Trump

Mengumumkan bahwa perang telah berakhir bukan hanya simbolik, tetapi juga strategi untuk:
- Mempengaruhi opini publik — terutama di Timur Tengah dan dalam panggung diplomasi global — bahwa peran AS masih sentral dalam stabilitas kawasan.
- Menempatkan diri sebagai mediator utama dalam konflik yang panjang, sehingga meningkatkan posisi tawar AS dan Trump sendiri.
- Memberi momentum pada konferensi perdamaian mendatang, agar negosiasi lebih lancar dan pihak-pihak terdorong untuk menyelesaikan sengketa.
Trump sendiri menyatakan bahwa klaim ini bukan sekadar retorika: dia percaya bahwa rencana gencatan senjata dan pertukaran tahanan akan menjadi elemen inti perdamaian.
Tantangan dan Keraguan
Meskipun banyak merayakan klaim ini, sejumlah pertanyaan kritis muncul:
- Apakah semua pihak benar-benar mematuhi gencatan senjata? Sejarah memperlihatkan bahwa perjanjian seperti ini mudah terganggu.
- Bagaimana nasib Hamas? Perjanjian fase pertama tidak selalu berarti Hamas harus menyerah sepenuhnya atau kehilangan kendali.
- Bagaimana mekanisme keamanan dan transisi pemerintahan nanti? Siapkah struktur pemerintahan transisi tanpa konflik internal?
- Rekonstruksi Gaza akan memerlukan sumber daya besar. Apakah negara-negara donor dan pihak internasional siap mendukung?
Penutup
Pernyataan Trump bahwa perang di Gaza sudah berakhir menjadi momen penting dalam sejarah konflik Timur Tengah. Namun, realitas di lapangan mencerminkan bahwa “akhir perang” masih dalam tahap pengujian. Keberhasilan klaim ini akan sangat ditentukan oleh implementasi langkah-langkah perdamaian, kontrol keamanan, dan komitmen semua pihak terkait.
Deklarasi ini bisa menjadi titik balik bila dijalankan dengan konsisten, atau sekadar episode diplomatik — tergantung langkah selanjutnya. Dunia kini menunggu: apakah Israel, Hamas, dan negara-negara mediator benar-benar mampu membawa Gaza ke era damai yang nyata, bukan hanya jargon diplomatik.